Mengenal Kebudayaan di Kalimantan Barat

           Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin, Colere yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

           Kebudayaan merupakan hasil dari olah rasa, karsa, cipta dari manusia. Sekelompok manusia yang disebut masyarakat menghasilkan kebudayaan tertentu yang menjadi salah satu ciri khas masyarakat tersebut. Corak kebudayaan masyarakat pada suatu wilayah dipengaruhi oleh keragaman suku bangsanya. Semakin beragam suku bangsa semakin beragam pula kebudayaannya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia yang terdiri atas beratus-ratus suku bangsa memiliki kebudayaan yang sangat kompleks. Kebudayaan ini merupakan potensi yang harus diberdayakan sebagai salah satu pemersatu bangsa.


Bahasa Daerah Kalimantan Barat


            Masyarakat Kalimantan Barat yang terdiri atas beragam suku bangsa memiliki bermacam-macam bahasa daerah. Jumlah bahasa daerah yang berkembang di Kalimantan Barat diperkirakan berjumlah 164 bahasa yang merupakan ragam bahasa suku Dayak dan Melayu. Keragaman ini memunculkan hipotesa para ahli bahwa Kalimantan Barat merupakan ssumber penyebaran bahasa melayu di Asia Tenggara karena bahasa-bahasa tersebut memiliki kemiripan dengan bahasa melayu.

             Suku Dayak memiliki banyak subsuku sehingga bahasa daerahnya pun sangat banyak mencapai ratusan. Contoh ragam bahasa daerah suku Dayak diantaranya Bekati, Selako, Lara, Kendayan, Melayu Dayak, Benyadu, Sara, Ribun, Kembayan, Djongkang, Mualang, Iban, Seberuang, Taman, Mendalam Kayan, Kereha-Uheng, Hovongan, Embaloh, Dohoi, aoheng, Keninjal, dan Semandang. Sayangnya, meurut penelitian sebagian bahasa daerah suku dayak tersebut terancam punah. Ditengarai terdapat sekitar 26 jenis bahasa Dayak yang terancam punah diantaranya bahasa Bekat, Punan, Kayaan, Sungkung dan Konyeh. Penuturan bahasa-bahasa tersebut jumlahnya tidak sampai 100.000 orang lagi sehingga dikategorikan terancam punah.

            Suku Melayu juga memiliki ragam bahasa yang cukup banyak dan penamaannya mengikuti daerah suku tersebut tinggal. Misalnya, bahasa Melayu Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, dan Ketapang. Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa macam dialek. Dialek yang lazim diantaranya dialek Pontianak, Sambas, Landak (Ngabang), dan Ketapang.


Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Barat

           Salah satu rumah tradisional Suku Melayu di Kalimantan Barat ditunjukkan dari bentuk istana Kadriah. Bangunan ini sampai sekarang masih terawat dengan baik. Istana Kadriah merupakan tempat tinggal bagi para sultan dan keluarganya. Istana Kadriah dibangun pada tahun 1771 M. Bangunan ini hampir semuanya terbuat dari bahan kayu. 

            Rumah tradisional Dayak disebut betang atau rumah panjang. Model rumah betang menjadi identitas arsitektur tradisional khas Kalimantan Barat. Rumah betang biasanya berada di hulu sungai yang menjadi pusat permukiman orang dayak.

            Selain rumah tempat tinggal, suku dayak juga memiliki bangunan suci, disebut ulambu. Bangunan ulambu berbentuk kecil dan agak jauh dari rumah betang, yaitu berada di tengah hutan. Bagi orang Dayak, ulambu berguna sebagai tempat menyimpan mayat. Namun sebelum ditempatkan dalam ulambu, mayat dimasukkan ke dalam peti yang disebut lungun. Di dekat ulambu terdapat tonggak dari kayu belian yang berukiran motif manusia pada keempat sisinya. Tonggak tersebut disebut sandong dan boras. Gunanya untuk tempat mengubur tengkorak dari tulang belulang manusia yang telah mati.

Pakaian Tradisional Daerah Kalimantan Barat



            Masyarakat Melayu Kalimantan Barat yang umumnya tinggal di wilayah pesisir memiliki corak pakaian yang berbeda dengan suku Dayak di pedalaman. Pakaian tradisional sehari-hari masyarakat melayu disebut baju telok belanga, sarung dan baju kurung. Selain itu masyarakat melayu juga memliki baju adat yang dipakai saat upacara perkawinan.

            Pakaian suku Dayak bermacam-macam. Zaman dahulu kain pakaian berasal dari kulit kayu yang disebut kulit kapuak. Pakaian dari kulit kapuak ini biasanya berupa rompi dan rok bawahan. Rompi ini dipakai pria dan perempuan. Rok bawahan untuk laki-laki yang disebut kotib ayam, dan untuk perempuan disebut ouwik kbok.





              Pakaian adat laki-laki Dayak disebut king baba dan untuk perempuan disebut king bibinge. Suku Dayak taman juga memiliki pakaian untuk keperluan adat. Misalnya, pakaian yang dikenakan dalam acara perkawinan. Ada dua macam pakaian dalam upacara perkawinan yaitu, baju burai king burai yang dikenakan oleh mempelai pengantin, dan baju manik king manikdikenakan oleh pendamping pengantin.


Kesenian Tradisional Daerah Kalimantan Barat

Corak kesenian Kalimantan Barat beragam dengan nuansa Dayak, Melayu, Tionghoa, maupun suku-suku yang lainnya. Secara garis besar kita dapat mengkajinya dalam khazanah seni tari, musik, sastra, dan kerajinan tradisional.


Tarian Daerah Kalimantan Barat

1
Suku DayakTari Monong, Tari Suno/ Tari Perang.
2
Suku MelayuTari Jepin, Radat Rambas, Tandak Sambas
3
Suku TionghoaTari Barongsai.

Musik Tradisional Daerah Kalimantan Barat

            Bentuk alat musik di Kalimantan Barat bermacam-macam. Hal ini tergantung jenis tarian dan musik yang akan dimainkan. Biasanya suku melayu menggunakan alat musik seperti gambus, ketipung, dan rebana/ tar. Suku Dayak umumnya menggunakan alat tabuhan dari atas tawak-tawak, yaitu gong, gendang, kenongan, dan bondi.

Karakteristik penduduk di Kalimantan Barat

              Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai struktur sosial dan budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antar individu di masyarakat berusaha untuk toleransi dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai satu sama lain dengan perbedaan yang melekat pada tiap etnisitas sosial dan budayanya. Namun kemajemukan masyarakat yang multikultural ini sangat mungkin terjadinya konflik vertikal dan horizontal yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut. Konflik vertical dapat berarti hubungan interaksi antara suatu kelas sosial yang berbeda tingkatan akibat adanya pertentangan kepentingan ataupun kelompok sosial yang berbeda di satu pihak dengan satu kelompok di pihak lainnya. Sedangkan konflik horizontal berarti hubungan interaksi antar kelas sosial yang secara sengaja menciptakan konflik sebagai kamuflase atau cara untuk mendukung terwujudnya tujuan atau kondisi yang dikehendaki oleh beberapa pihak tertentu. 
                Kemajemukan masyarakat yang terjadi di Kal-Bar tanpa disertai rasa toleransi dan saling menghargai antar sesama masyarakat tentunya akan menimbulkan bahaya laten yang sewaktu – waktu dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat. Satu diantara berbagai potensi penyebab bahaya laten yang terjadi di Kal-Bar yaitu perbedaan sosial budaya dalam masyarakat. Berbedanya cara interaksi sosial, cara pemahaman atas suatu kebudayaan masyarakat yang di sebabkan berbeda-bedanya budaya dan tingkatan pendidikan dalam masyarakat yang menyebabkan masyarakat itu sendiri susah untuk saling memahami perbedaan itu sendiri.




Sumber : 
https://www.senibudayaku.com/2017/09/kebudayaan-kalimantan-barat.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk Simak Perbedaan SQL dan NoSQL !

Profil Perusahaan GOJEK Indonesia